Rabu, 31 Agustus 2016

Materi Assets Tetap Part 2


PENYUSUTAN ASET TETAP

A. Pendahuluan


Aset tetap yang dipakai untuk operasi bisnis perusahaan mengalami penurunan nilai manfaatnya, untuk memperjelas nilai aset dalam tiap periode, akuntansi memberikan cara untuk menghitung nilai penurunan aset tetap.

Penyusutan atau depresiasi merupakan cara untuk
mengalokasikan seberapa
penurunan nilai dari aset tersebut untuk masingmasing periode yang dilalui

Penyusutan atau depresiasi merupakan cara untuk mengalokasikan seberapa penurunan nilai dari aset tersebut untuk masing-masing periode yang dilalui, penyusutan bukan merupakan penilaian tapi merupakan alat untuk alokasi biaya perolehan nilai aset. Penyusutan bisa didefinisikan sebagai proses akuntansi untuk mengalokasikan

biaya perolehan (cost) aset sebagai beban dengan cara yang sistematik dan rasional dalam periode-periode yang mengambil manfaat dari penggunaan aset tersebut.

B. Faktor-Faktor Perhitungan Penyusutan


Perhitungan penyusutan aset tetap perlu memperhatikan faktor-faktor sebagaimana dalam ilustrasi 8.1. Faktor-faktor tersebut meliputi:

1.       Umur Manfaat

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk penyusutan aset tetap
adalah umur manfaat dan
nilai sisa

Kemampuan kapasitas produksi dari aset yang digunakan dalam operasi bisa disebut sebagai umur manfaat aset, dan juga perkiraan produksi bisa disebut umur manfaat. Terdapat perbedaan mendasar antara umur manfaat suatu aset dengan umur fisiknya, seperangkat mesin mungkin secara fisik mampu memproduksi suatu produk tertentu selama bertahun-tahun diluar umur manfaatnya, tetapi mesin itu tidak digunakan untuk seluruh tahun itu karena biaya memproduksi produk dalam tahun-tahun terakhir mungkin terlalu tinggi.


2.       Nilai Sisa (Nilai Residu)

Taksiran jumlah yang akan diterima pada saat aset itu dijual atau ditarik dari penggunaannya bisa disebut sebagai nilai pelepasan (disposal) atau nilai sisa atau nilai residu aset. Aset harus dikurangkan nilainya atau disusutkan sampai sejumlah itu selama umur kegunaannya. Untuk menggambarkan jika aset mempunyai biaya Rp 100.000.000,00 dan nilai residu Rp 10.000.000,00 maka dasar penyusutannya adalah Rp 90.000.000. Nilai sisa kadang diperhitungkan nol karena nilainya kecil, aset yang berumur panjang mempunyai nilai sisa yang besar.



C. Metode-Metode Penyusutan


Menentukan beban penyusutan harus disesuaikan dengan dengan jenis aset, juga dipilih metode penyusutan yang tepat, karena akuntansi mensaratkan metode penyusutan yang digunakan harus sistematik dan rasional.

Ada beberapa metode yang secara teknis dapat dijadikan rujukan dalam penyusutan antara lain:

Terdapat empat metode penyusutan, yaitu: aktivitas, garis lurus, jumlah angka tahun, dan saldo menurun

         1.       Metode aktivitas (unit produksi)

         2.       Metode garis lurus
         3. Metode jumlah angka tahun
                                               4. Metode saldo menurun.

         1.        Metode Aktivitas (Unit Produksi)

Metode ini mengasumsikan bahwa penyusutan merupakan fungsi dari produktifitas aset, bukan dari berlalunya waktu yang dilewati oleh aset. Umur manfaat diperhitungkan dari satuan keluaran (output) produksi atau masukan (input) seperti jumlah jam dalam berproduksi.


Contoh: pada tanggal 31 Desember 2016 yang merupakan periode penyusunan laporan keuangan PT Airlangga Mandiri mempunyai sebuah mesin yang dibeli pada tanggal 1 Januari 2016 dengan harga perolehan Rp. 500.000.000,-. Mesin ini ditaksir mempunyai kemampuan produksi sebesar 30.000 jam. Dalam tahun 2016  telah digunakan selama 4.000 jam. Dan nilai sisa mesin Rp. 50.000.000,-. Penyusutan dengan menggunakan metode aktivitas. Perhitungan atas transaksi di atas sebagai berikut:



(Harga perolehan – nilai sisa)

Penyusutan = ____________________________________ × jumlah jam tahun ini Taksiran total jam

(Rp 500.000.000 – Rp50.000.000)

= __________________________________________ × 4.000 jam

30.000 jam

= Rp 60.000.000,00 untuk tahun ini

Periode
Harga pokok (dalam Rp.)
Nilai sisa (dalam Rp.)
Jam
Nilai penyusutan (dalam Rp.)
2016
500.000.000,-
50.000.000,-
4.000
60.000.000,-
2017
500.000.000,-
50.000.000,-
5.000
75.000.000,-
2018
500.000.000,-
50.000.000,-
6.000
90.000.000,-
2019
500.000.000,-
50.000.000,-
5.000
75.000.000,-
2020
500.000.000,-
50.000.000,-
5.000
75.000.000,-
2021
500.000.000,-
50.000.000,-
5.000
75.000.000,-


T o t a l :
30.000
450.000.000,-

Jurnal untuk mencatat beban penyusutan sebagai berikut:

Jurnal Umum

(dalam rupiah)                                                                                                                                           Hal:

Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2016





Desember
31
Beban Peny. Mesin

60.000.000



Akumulasi Peny. Mesin


60.000.000






2017





Desember
31
Beban Peny. Mesin

75.000.000



Akumulasi Peny. Mesin


75.000.000






2018





Desember
31
Beban Peny. Mesin

90.000.000



Akumulasi Peny. Mesin


90.000.000







          

3.                                             Metode Garis Lurus

Metode garis lurus (straight line method) menggunakan waktu sebagai pertimbangan dalam penyusutan, bukan fungsi dari manfaat produksi. Metode ini secara konsep dipandang tepat karena banyak perusahaan menggunakannya karena metode ini sederhana.


Contoh: pada tanggal 31 Desember 2016 Travel Kartika memiliki 4 buah kendaraan yang dibeli pada tanggal 1 Januari 2016 dengan total harga perolehan Rp. 500.000.000,-. Umur ekonomis 5 tahun. Nilai sisa Rp. 50.000.000,-. Penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus.

Cara perhitungan beban penyusutan dengan metode garis lurus sebagai berikut:

Harga perolehan – nilai sisa

Penyusutan = _____________________________________ Taksiran umur ekonomis aset

Rp. 500.000.000,- – Rp. 50.000.000,-

= _______________________________________________

5 tahun

= Rp. 90.000.000,-





Periode
Harga Perolehan
Penyusutan (Rp.)
Akum. Penyusutan
Nilai buku (Rp.)
31/12/2016
500.000.000
90.000.000,-
90.000.000,-
410.000.000,-
31/12/2017
500.000.000
90.000.000,-
180.000.000
320.000.000,-
31/12/2018
500.000.000
90.000.000,-
270.000.000
230.000.000,-
31/12/2019
500.000.000
90.000.000,-
360.000.000
140.000.000,-
31/12/2020
500.000.000
90.000.000,-
450.000.000
50.000.000,-



Jurnal Umum

(dalam rupiah)                                                                                                                                           Hal:

Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2016





Desember
31
Beban Peny. Mesin

90.000.000



Akumulasi Peny. Mesin


90.000.000






2017





Desember
31
Beban Peny. Mesin

90.000.000



Akumulasi Peny. Mesin


90.000.000







          

3. Metode Jumlah Angka Tahun

Metode jumlah angka tahun menghasilkan beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari dasar penyusutan (biaya semula dikurangi nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai penyebut (5+4+3+2+1=15) atau pecahan tersebut bisa dihitung dengan rumus n(n+1)/2. Jika umur ekonomis 5 tahun maka pecahan tersebut adalah 5(5+1)/2= 15 dan jumlah taksiran umur kegunaan yang tersisa pada awal tahun sebgai pembilang. Metode ini pembilang menurun tahun demi tahun meskipun penyebutnya tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, 1/15). Pada akhir kegunaan umur aset tersebut saldo tersisa harus sama dengan nilai sisa.

Contoh: pada tanggal 1 Januari 2016 Foto Copy Artha membeli 3 unit mesin foto copy dengan total harga perolehan Rp. 35.000.000,-. Mesin ini mempunyai umur ekonomis 3 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,. penyusutan dengan menggunakan metode jumlah angka tahun

Perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode angka tahun sebagai berikut:

(Biaya – nilai sisa) x umur

Penyusutan = _____________________________________ Total jumlah tahun umur aset

(Rp. 35.000.000,- – Rp. 5.000.000,-) x 3 tahun

= ________________________________________________________

6 tahun

= Rp. 15.000.000,-

Periode
Dasar penyusutan
(Rp)
Sisa umur
Pecahan
Beban penyusutan
(Rp)
Nilai buku akhir tahun
(Rp)
31/12/16
30.000.000
3
3/6
15.000.000
20.000.000
31/12/17
30.000.000
2
2/6
10.000.000
10.000.000
31/12/18
30.000.000
1
1/6
5.000.000
5.000.000

T o t a l :
6
6/6
30.000.000
-



Jurnal Umum

(dalam rupiah)                                                                                                                                           Hal:

Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2016





Desember
31
Beban Peny. Mesin FC

15.000.000



Akumulasi Peny. Mesin FC


15.000.000






2017





Desember
31
Beban Peny. Mesin FC

10.000.000



Akumulasi Peny. Mesin FC


10.000.000






2018





Desember
31
Beban Peny. Mesin FC

5.000.000



Akumulasi Peny. Mesin FC


5.000.000







          

4. Metode Saldo Menurun

Metode ini biasa disebut Declining balance method, yang menggunakan tarif penyusutan dinyatakan dengan (%) prosentase, yang berupa kelipatan dari garis lurus (misal 1/10 disebut 10%). Tarif saldo menurun tetap konstan, dan diterapkan pada nilai buku yang menurun setiap tahun, dan nilai sisa tidak dikurangkan dalam menghitung dasar penyusutan. Tarif saldo menurun dikalikan dengan nilai buku aset itu pada awal setiap periode, karena nilai buku dari aset itu dikurangi setiap periode dengan beban penyusutan, tarif saldo menurun konstan diterapkan pada nilai buku yang terus menurun yang menghasilkan beban penyusutan yang makin rendah setiap tahunnya. Proses ini berlangsung terus sampai nilai buku aset itu berkurang sampai taksiran nilai sisanya pada saat penyusutan aset itu dihentikan.


Contoh: Sebuah perusahaan pada awal Januari 2016 membeli mesin seharga Rp. 117,900.000,-  Nilai residu mesin sebesar Rp. 12,900.000,- umur ekonomis mesin sebanyak 5 tahun. Berdasarkan soal ini maka perhitungan penyusutan dengan metode saldo menurun adalah ;

1.      Dasar Penyusutan :  Hara perolehan – akumulasi penyusutan

2.   Tarif Penyusutan : (100% / Umur Ekonomis) x 2

Berdasarkan rumus di atas, make besarnya tarif penyusutan adalah :

 = 40%

Table penyusutan dengan metode ini akan terlihat seperti di bawah ini :

(dalam ribuan rupiah)

Tahun ke
Harga perolehan
Beban penyusutan
Akum. penyusutan
Nilai Buku
1
            117.900
 117.900 x 40 %
       47.160
         47.160
        70.740
2
               70.740
 70.740 x 40 %
       28.296
         75.456
        42.444
3
               42.444
 42.444 x 40 %
       16.978
         92.434
        25.466
4
               25.466
 25.466 x 40 %
       10.187
       102.620
        15.280
5
               15.280

         2.380
       105.000
        12.900



Jurnal untuk mencatat transaksi di atas sebagaimana dalam halaman berikut.

Jurnal Umum

(dalam rupiah)                                                                                                                                           Hal:

Tanggal
Uraian
Ref
Debit
Kredit
2016





Desember
31
Beban Peny. Mesin

47.160.000



Akumulasi Peny. Mesin


47.160.000






2017





Desember
31
Beban Peny. Mesin

28.296.000



Akumulasi Peny. Mesin


28.296.000






2018





Desember
31
Beban Peny. Mesin

16.978.000



Akumulasi Peny. Mesin


16.978.000


Dan seterusnya




 


D. Penyajian Penyusutan Aset Tetap di Laporan Keuangan


Beban-beban penyusutan yang diakui setiap tahun akan terakumulasi. Beban penyusutan setiap tahun disajikan di laporan laba rugi dikelompokkan sebagai beban operasional. Sedangkan akumulasi penyusutan disajikan di neraca sebagai contra account (perkiraan lawan) aset yang bersangkutan.

PT Trisna Purnama


Neraca


per 31 Desember 2016


Aset








Kewajiban








Aset Lancar:








Kewajiban Lancar:








Kas





x
x

Utang Gaji





x
x

Piutang





x
x

Utang Listrik, Air, Telp.





x
x

Persediaan





x
x

Utang Pajak





x
x

Investasi Jk Pendek





x
x

Utang Deviden





x
x

Aset Tetap:








Kewajiban Jangka Panjang








Tanah





x
x

Utang Obligasi

x
x





Gedung

x
x





Agio (Disagio)
±
x
x


x
x

Akumulasi Peny. Gedung
(
x
x
)

x
x



















Ekuitas:








Kendaraan

x
x





Modal Saham

x
x





Akumulasi Peny. Kendaraan
(
x
x
)

x
x

Agio (Disagio)
±
x
x


x
x

Aset Lain-lain





x
x

Laba Ditahan





x
x

Total Aset





x
x

Total Kewajiban dan Ekuitas





x
x






Soal-Soal Latihan

I. PERTANYAAN (tugas Individu)


1.       Apa yang dimaksud dengan penyusutan atau depresiasi?

2.       Faktor-faktor apa saja yang harus dipertimbangkan untuk menghitung penyusutan?

3.       Jenis aset apa yang bisa disusutkan?

4.       Jelaskan metode penyusutan yang bisa digunakan?

5.       Metode penyusutan apa yang akan anda gunakan bila anda mempunyai aset berikut (Jelaskan dengan disertai alasannya)!.

a.  Kendaraan.

b.        Perlengkapan.

c.        Gedung.

d.        Mesin.

II. SOAL (Tugas Kelompok)

Pada tanggal 31 Desember 2015 PT. Adidaya mempunyai aset tetap sebagai berikut:

No.
Jenis Aset
Harga Perolehan
Nilai Sisa
Umur Ekonomis
1.
Tanah
Rp. 150.000.000


2.
Bangunan
Rp. 400.000.000
Rp. 100.000.000
50 tahun
3.
Kendaraan
Rp. 200.000.000
Rp. 20.000.000
10 tahun
4.
Mesin
Rp. 150.000.000
Rp. 20.000.000
10 tahun

Informasi tambahan:

    Tanah dan bangunan diperoleh pada tanggal 1 Mei 2015.

    Kendaraan diperoleh pada tanggal 1 Juni 2015.

    Mesin diperoleh pada tanggal 1 Juli 2016.

Pertanyaan:

a.       Buatlah tabel penyusutan untuk masing-masing aset tersebut di atas dengan metode sebagai berikut :

     Untuk bangunan menggunakan metode garis lurus.

     Untuk kendaraan menggunakan jumlah angka tahun.

     Untuk mesin menggunakan metode saldo menurun.

b.       Bagaimana jurnal yang harus dibuat oleh PT Adidaya untuk mencatat penyusutan apabila laporan keuangan disusun pada tanggal 31 Desember 2015?

c.        Sajikan di laporan keuangan 31 Desember 2015 untuk keempat aset tersebut di atas.

d.       Bagaimana jurnal yang harus dibuat oleh PT Adidaya untuk mencatat penyusutan apabila laporan keuangan disusun pada tanggal 31 Desember 2016?

e.       Sajikan di laporan keuangan 31 Desember 2016 untuk keempat aset tersebut di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar