PENYUSUTAN ASET TETAP
A. Pendahuluan
Aset tetap yang dipakai untuk operasi
bisnis perusahaan mengalami penurunan nilai manfaatnya, untuk memperjelas nilai
aset dalam tiap periode, akuntansi memberikan cara untuk menghitung nilai
penurunan aset tetap.
Penyusutan
atau depresiasi merupakan cara untuk
mengalokasikan
seberapa
penurunan nilai dari aset
tersebut untuk masingmasing periode yang dilalui
|
Penyusutan atau depresiasi merupakan cara
untuk mengalokasikan seberapa penurunan nilai dari aset tersebut untuk
masing-masing periode yang dilalui, penyusutan bukan merupakan penilaian tapi
merupakan alat untuk alokasi biaya perolehan nilai aset. Penyusutan bisa
didefinisikan sebagai proses akuntansi untuk mengalokasikan
biaya perolehan (cost) aset sebagai beban dengan cara yang
sistematik dan rasional dalam periode-periode yang mengambil manfaat dari
penggunaan aset tersebut.
B. Faktor-Faktor Perhitungan Penyusutan
Perhitungan penyusutan aset tetap perlu
memperhatikan faktor-faktor sebagaimana dalam ilustrasi 8.1. Faktor-faktor
tersebut meliputi:
1. Umur
Manfaat
Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan untuk penyusutan aset tetap
adalah
umur manfaat dan
nilai sisa
|
Kemampuan kapasitas produksi dari aset
yang digunakan dalam operasi bisa disebut sebagai umur manfaat aset, dan juga
perkiraan produksi bisa disebut umur manfaat. Terdapat perbedaan mendasar
antara umur manfaat suatu aset dengan umur fisiknya, seperangkat mesin mungkin
secara fisik mampu memproduksi suatu produk tertentu selama bertahun-tahun diluar
umur manfaatnya, tetapi mesin itu tidak digunakan untuk seluruh tahun itu
karena biaya memproduksi produk dalam tahun-tahun terakhir mungkin terlalu
tinggi.
2. Nilai
Sisa (Nilai Residu)
Taksiran jumlah yang akan diterima pada
saat aset itu dijual atau ditarik dari penggunaannya bisa disebut sebagai nilai
pelepasan (disposal) atau nilai sisa atau nilai residu aset. Aset harus
dikurangkan nilainya atau disusutkan sampai sejumlah itu selama umur
kegunaannya. Untuk menggambarkan jika aset mempunyai biaya Rp 100.000.000,00
dan nilai residu Rp 10.000.000,00 maka dasar penyusutannya adalah Rp
90.000.000. Nilai sisa kadang diperhitungkan nol karena nilainya kecil, aset
yang berumur panjang mempunyai nilai sisa yang besar.
C. Metode-Metode Penyusutan
Menentukan beban
penyusutan harus disesuaikan dengan dengan jenis aset, juga dipilih metode
penyusutan yang tepat, karena akuntansi mensaratkan metode penyusutan yang
digunakan harus sistematik dan rasional.
Ada beberapa metode yang secara teknis
dapat dijadikan rujukan dalam penyusutan antara lain:
Terdapat empat metode penyusutan,
yaitu: aktivitas, garis lurus, jumlah angka tahun, dan saldo menurun
|
1. Metode
aktivitas (unit produksi)
2. Metode
garis lurus
3. Metode jumlah angka tahun
4. Metode saldo menurun.
1. Metode Aktivitas (Unit Produksi)
Metode ini mengasumsikan bahwa
penyusutan merupakan fungsi dari produktifitas aset, bukan dari berlalunya
waktu yang dilewati oleh aset. Umur manfaat diperhitungkan dari satuan keluaran
(output) produksi atau masukan (input) seperti jumlah jam dalam berproduksi.
Contoh: pada tanggal 31 Desember 2016 yang merupakan periode
penyusunan laporan keuangan PT Airlangga Mandiri mempunyai sebuah mesin yang
dibeli pada tanggal 1 Januari 2016
dengan harga perolehan Rp. 500.000.000,-. Mesin ini ditaksir mempunyai
kemampuan produksi sebesar 30.000 jam. Dalam tahun 2016 telah digunakan selama 4.000 jam. Dan nilai
sisa mesin Rp. 50.000.000,-. Penyusutan dengan menggunakan metode aktivitas.
Perhitungan atas transaksi di atas sebagai berikut:
(Harga perolehan – nilai sisa)
Penyusutan = ____________________________________
× jumlah jam tahun ini Taksiran total jam
(Rp 500.000.000 – Rp50.000.000)
= __________________________________________
× 4.000 jam
30.000
jam
= Rp 60.000.000,00 untuk tahun ini
Periode
|
Harga pokok (dalam Rp.)
|
Nilai sisa (dalam Rp.)
|
Jam
|
Nilai penyusutan (dalam
Rp.)
|
2016
|
500.000.000,-
|
50.000.000,-
|
4.000
|
60.000.000,-
|
2017
|
500.000.000,-
|
50.000.000,-
|
5.000
|
75.000.000,-
|
2018
|
500.000.000,-
|
50.000.000,-
|
6.000
|
90.000.000,-
|
2019
|
500.000.000,-
|
50.000.000,-
|
5.000
|
75.000.000,-
|
2020
|
500.000.000,-
|
50.000.000,-
|
5.000
|
75.000.000,-
|
2021
|
500.000.000,-
|
50.000.000,-
|
5.000
|
75.000.000,-
|
|
|
T o t a l :
|
30.000
|
450.000.000,-
|
Jurnal untuk mencatat beban penyusutan sebagai berikut:
Jurnal
Umum
(dalam
rupiah) Hal:
Tanggal
|
Uraian
|
Ref
|
Debit
|
Kredit
|
|
2016
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin
|
|
60.000.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny. Mesin
|
|
|
60.000.000
|
|
|
|
|
|
|
2017
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin
|
|
75.000.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny. Mesin
|
|
|
75.000.000
|
|
|
|
|
|
|
2018
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin
|
|
90.000.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny. Mesin
|
|
|
90.000.000
|
|
|
|
|
|
|
3.
Metode Garis Lurus
Metode garis lurus (straight line
method) menggunakan waktu sebagai pertimbangan dalam penyusutan, bukan fungsi
dari manfaat produksi. Metode ini secara konsep dipandang tepat karena banyak
perusahaan menggunakannya karena metode ini sederhana.
Contoh: pada tanggal 31 Desember 2016 Travel Kartika memiliki 4
buah kendaraan yang dibeli pada tanggal 1 Januari 2016 dengan total harga perolehan Rp.
500.000.000,-. Umur ekonomis 5 tahun. Nilai sisa Rp. 50.000.000,-. Penyusutan
dengan menggunakan metode garis lurus.
Cara perhitungan beban penyusutan dengan metode garis lurus
sebagai berikut:
Harga perolehan – nilai sisa
Penyusutan = _____________________________________
Taksiran umur ekonomis aset
Rp. 500.000.000,- – Rp. 50.000.000,-
= _______________________________________________
5
tahun
= Rp. 90.000.000,-
Periode
|
Harga
Perolehan
|
Penyusutan (Rp.)
|
Akum. Penyusutan
|
Nilai buku (Rp.)
|
31/12/2016
|
500.000.000
|
90.000.000,-
|
90.000.000,-
|
410.000.000,-
|
31/12/2017
|
500.000.000
|
90.000.000,-
|
180.000.000
|
320.000.000,-
|
31/12/2018
|
500.000.000
|
90.000.000,-
|
270.000.000
|
230.000.000,-
|
31/12/2019
|
500.000.000
|
90.000.000,-
|
360.000.000
|
140.000.000,-
|
31/12/2020
|
500.000.000
|
90.000.000,-
|
450.000.000
|
50.000.000,-
|
Jurnal
Umum
(dalam
rupiah) Hal:
Tanggal
|
Uraian
|
Ref
|
Debit
|
Kredit
|
|
2016
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin
|
|
90.000.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny. Mesin
|
|
|
90.000.000
|
|
|
|
|
|
|
2017
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin
|
|
90.000.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny. Mesin
|
|
|
90.000.000
|
|
|
|
|
|
|
3. Metode Jumlah Angka
Tahun
Metode jumlah angka tahun menghasilkan
beban penyusutan yang menurun berdasarkan pecahan yang menurun dari dasar
penyusutan (biaya semula dikurangi nilai sisa). Setiap pecahan menggunakan
jumlah tahun sebagai penyebut (5+4+3+2+1=15) atau pecahan tersebut bisa
dihitung dengan rumus n(n+1)/2. Jika umur ekonomis 5 tahun maka pecahan
tersebut adalah 5(5+1)/2= 15 dan jumlah taksiran umur kegunaan yang tersisa
pada awal tahun sebgai pembilang. Metode ini pembilang menurun tahun demi tahun
meskipun penyebutnya tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, 1/15). Pada akhir
kegunaan umur aset tersebut saldo tersisa harus sama dengan nilai sisa.
Contoh: pada tanggal 1 Januari 2016 Foto Copy Artha membeli 3
unit mesin foto copy dengan total harga perolehan Rp. 35.000.000,-. Mesin ini
mempunyai umur ekonomis 3 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,.
penyusutan dengan menggunakan metode jumlah angka tahun
Perhitungan
beban penyusutan dengan menggunakan metode angka tahun sebagai berikut:
(Biaya – nilai sisa) x umur
Penyusutan = _____________________________________
Total jumlah tahun umur aset
(Rp. 35.000.000,- – Rp. 5.000.000,-)
x 3 tahun
= ________________________________________________________
6
tahun
= Rp. 15.000.000,-
Periode
|
Dasar
penyusutan
(Rp)
|
Sisa umur
|
Pecahan
|
Beban
penyusutan
(Rp)
|
Nilai buku
akhir tahun
(Rp)
|
31/12/16
|
30.000.000
|
3
|
3/6
|
15.000.000
|
20.000.000
|
31/12/17
|
30.000.000
|
2
|
2/6
|
10.000.000
|
10.000.000
|
31/12/18
|
30.000.000
|
1
|
1/6
|
5.000.000
|
5.000.000
|
|
T o t a l :
|
6
|
6/6
|
30.000.000
|
-
|
Jurnal
Umum
(dalam
rupiah) Hal:
Tanggal
|
Uraian
|
Ref
|
Debit
|
Kredit
|
|
2016
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin FC
|
|
15.000.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny.
Mesin FC
|
|
|
15.000.000
|
|
|
|
|
|
|
2017
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin FC
|
|
10.000.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny.
Mesin FC
|
|
|
10.000.000
|
|
|
|
|
|
|
2018
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin FC
|
|
5.000.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny. Mesin FC
|
|
|
5.000.000
|
|
|
|
|
|
|
4. Metode
Saldo Menurun
Metode ini biasa disebut Declining
balance method, yang menggunakan tarif penyusutan dinyatakan dengan (%) prosentase,
yang berupa kelipatan dari garis lurus (misal 1/10 disebut 10%). Tarif saldo
menurun tetap konstan, dan diterapkan pada nilai buku yang menurun setiap
tahun, dan nilai sisa tidak dikurangkan dalam menghitung dasar penyusutan.
Tarif saldo menurun dikalikan dengan nilai buku aset itu pada awal setiap
periode, karena nilai buku dari aset itu dikurangi setiap periode dengan beban
penyusutan, tarif saldo menurun konstan diterapkan pada nilai buku yang terus
menurun yang menghasilkan beban penyusutan yang makin rendah setiap tahunnya.
Proses ini berlangsung terus sampai nilai buku aset itu berkurang sampai
taksiran nilai sisanya pada saat penyusutan aset itu dihentikan.
Contoh: Sebuah perusahaan pada awal Januari 2016 membeli mesin seharga Rp. 117,900.000,- Nilai residu mesin sebesar Rp. 12,900.000,- umur ekonomis mesin sebanyak 5 tahun. Berdasarkan soal ini maka perhitungan penyusutan
dengan metode saldo menurun adalah ;
1. Dasar Penyusutan : Hara perolehan – akumulasi penyusutan
2. Tarif Penyusutan : (100% / Umur Ekonomis) x 2
Berdasarkan rumus di atas, make besarnya tarif penyusutan adalah :
= 40%
Table penyusutan dengan metode ini akan terlihat seperti di bawah ini :
(dalam ribuan rupiah)
Tahun ke
|
Harga perolehan
|
Beban penyusutan
|
Akum. penyusutan
|
Nilai Buku
|
||
1
|
117.900
|
117.900 x 40 %
|
47.160
|
47.160
|
70.740
|
|
2
|
70.740
|
70.740 x 40 %
|
28.296
|
75.456
|
42.444
|
|
3
|
42.444
|
42.444 x 40 %
|
16.978
|
92.434
|
25.466
|
|
4
|
25.466
|
25.466 x 40 %
|
10.187
|
102.620
|
15.280
|
|
5
|
15.280
|
|
2.380
|
105.000
|
12.900
|
|
Jurnal untuk mencatat transaksi di atas
sebagaimana dalam halaman berikut.
Jurnal
Umum
(dalam
rupiah) Hal:
Tanggal
|
Uraian
|
Ref
|
Debit
|
Kredit
|
|
2016
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin
|
|
47.160.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny. Mesin
|
|
|
47.160.000
|
|
|
|
|
|
|
2017
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin
|
|
28.296.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny. Mesin
|
|
|
28.296.000
|
|
|
|
|
|
|
2018
|
|
|
|
|
|
Desember
|
31
|
Beban Peny. Mesin
|
|
16.978.000
|
|
|
|
Akumulasi Peny. Mesin
|
|
|
16.978.000
|
|
|
Dan
seterusnya
|
|
|
|
D. Penyajian Penyusutan Aset Tetap di Laporan Keuangan
Beban-beban penyusutan yang diakui
setiap tahun akan terakumulasi. Beban penyusutan setiap tahun disajikan di
laporan laba rugi dikelompokkan sebagai beban operasional. Sedangkan akumulasi
penyusutan disajikan di neraca sebagai contra account (perkiraan lawan) aset
yang bersangkutan.
PT Trisna Purnama
Neraca
per 31 Desember 2016
Aset
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kewajiban
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Aset Lancar:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kewajiban Lancar:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kas
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Utang Gaji
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Piutang
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Utang Listrik, Air, Telp.
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Persediaan
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Utang Pajak
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Investasi Jk Pendek
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Utang Deviden
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Aset Tetap:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kewajiban Jangka Panjang
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tanah
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Utang Obligasi
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
Gedung
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
Agio (Disagio)
|
±
|
x
|
x
|
|
|
x
|
x
|
|
Akumulasi Peny. Gedung
|
(
|
x
|
x
|
)
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ekuitas:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kendaraan
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
Modal Saham
|
|
x
|
x
|
|
|
|
|
|
Akumulasi Peny. Kendaraan
|
(
|
x
|
x
|
)
|
|
x
|
x
|
|
Agio (Disagio)
|
±
|
x
|
x
|
|
|
x
|
x
|
|
Aset Lain-lain
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Laba Ditahan
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Total Aset
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Total Kewajiban dan Ekuitas
|
|
|
|
|
|
x
|
x
|
|
Soal-Soal Latihan
I. PERTANYAAN (tugas Individu)
1. Apa
yang dimaksud dengan penyusutan atau depresiasi?
2. Faktor-faktor
apa saja yang harus dipertimbangkan untuk menghitung penyusutan?
3. Jenis
aset apa yang bisa disusutkan?
4. Jelaskan
metode penyusutan yang bisa digunakan?
5. Metode
penyusutan apa yang akan anda gunakan bila anda mempunyai aset berikut
(Jelaskan dengan disertai alasannya)!.
a. Kendaraan.
b.
Perlengkapan.
c.
Gedung.
d.
Mesin.
II. SOAL (Tugas Kelompok)
Pada tanggal 31 Desember 2015 PT. Adidaya mempunyai aset tetap sebagai berikut:
No.
|
Jenis Aset
|
Harga Perolehan
|
Nilai Sisa
|
Umur Ekonomis
|
1.
|
Tanah
|
Rp. 150.000.000
|
|
|
2.
|
Bangunan
|
Rp. 400.000.000
|
Rp. 100.000.000
|
50 tahun
|
3.
|
Kendaraan
|
Rp. 200.000.000
|
Rp. 20.000.000
|
10 tahun
|
4.
|
Mesin
|
Rp. 150.000.000
|
Rp. 20.000.000
|
10 tahun
|
Informasi
tambahan:
– Tanah
dan bangunan diperoleh pada tanggal 1 Mei 2015.
– Kendaraan
diperoleh pada tanggal 1 Juni 2015.
– Mesin
diperoleh pada tanggal 1 Juli 2016.
Pertanyaan:
a. Buatlah
tabel penyusutan untuk masing-masing aset tersebut di atas dengan metode
sebagai berikut :
– Untuk
bangunan menggunakan metode garis lurus.
– Untuk
kendaraan menggunakan jumlah angka tahun.
– Untuk
mesin menggunakan metode saldo menurun.
b. Bagaimana
jurnal yang harus dibuat oleh PT Adidaya untuk mencatat penyusutan apabila
laporan keuangan disusun pada tanggal 31 Desember 2015?
c.
Sajikan di laporan keuangan 31 Desember 2015 untuk keempat aset tersebut
di atas.
d. Bagaimana
jurnal yang harus dibuat oleh PT Adidaya untuk mencatat penyusutan apabila
laporan keuangan disusun pada tanggal 31 Desember 2016?
e. Sajikan
di laporan keuangan 31 Desember 2016 untuk keempat aset tersebut di atas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar